Jakarta –
Kemenparekraf mengungkapkan fakta bahwa sampah yang menjejali Pantai Kuta berasal dari sungai di Pulau Jawa. Tak hanya itu, mereka juga menyoroti banyaknya kios di sana.
Direktur Tata Kelola Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indra Ni Tua menghadiri kegiatan bersih-bersih sampah di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (15/9/2023). Ia mengungkapkan sampah kiriman di perairan terjadi sejak November hingga Maret setiap tahunnya.
“Menurut studi (sampah laut) berasal dari aliran Sungai Ciliwung dan Brantas. Bapak ibu bayangkan, dari setengah Pulau Jawa, datang ke sini sampahnya, dan Pantai Kuta menjadi salah satu titik kumpul sampah itu,” kata Indra dalam sambutannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indra menyatakan masalah sampah di Pantai Kuta mesti ditangani serius. Menurut Indra, persoalan sampah menjadi pekerjaan rumah karena parameter kebersihan menentukan kualitas pariwisata di Bali.
“Mau tidak mau karena pariwisata berkaitan dengan kebersihan, ini jadi PR kita bersama,” tandasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung I Wayan Puja mengakui sampah kiriman mengotori kawasan Pantai Kuta setiap tahun, antara periode November-Maret. Beraneka macam sampah mulai dari sampah kayu hingga plastik bisa terkumpul lebih dari 10 ton per hari.
Kios berjejalan di Pantai Kuta
Ni Tua turut menyoroti kios-kios pedagang di Pantai Kuta, Badung, Bali. Menurutnya, saat ini Kemenparekraf mendorong destinasi wisata untuk menerapkan digitalisasi dalam keberlangsungan industri pendukung pariwisata di Indonesia.
Bagi Indra, penerapan digitalisasi tidak bermaksud mematikan usaha masyarakat setempat. Ia menegaskan pedagang lokal tetap menjadi pemain utama dalam skema digitalisasi tersebut. Meski begitu, ia menyadari pemikiran itu bisa terwujud melalui sosialisasi yang intens.
“Bagaimana caranya digitalisasi? Seperti memesan makanan online (misalnya). Masyarakat menjadi produsen utamanya, sehingga sampah tetap ada di sana. Di sini (Pantai Kuta) tinggal menangani sampah, lebih sedikit. Tapi untuk itu perlu sosialisasi yang intens,” kata Indra saat menghadiri kegiatan Sunset Clean Up di Pantai Kuta, Jumat (15/9).
Indra meyakini jika skema tersebut bisa dijalankan, tata ruang dan kenyamanan wisatawan dari sisi perwajahan Pantai Kuta akan lebih baik. “Bisa dibayangkan pantainya tata ruang terjaga, keindahan dan layanan wisatawan tetap ada, masyarakat sekitar tetap berproduksi,” sambung dia.
Menurutnya, produksi sampah di objek wisata salah satunya juga bersumber dari aktivitas niaga di objek wisata tersebut. Dengan penerapan digitalisasi, kata dia, upaya menurunkan produksi sampah dapat dilakukan.
Baca artikel selengkapnya di detikBali
Simak Video “Kemenparekraf Bicara Solusi Masalah Sampah di Pantai Kuta”
[Gambas:Video 20detik]
(msl/msl)