Yogyakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat sekitar tujuh ribuan titik panas atau hot spot di seluruh Indonesia berdasarkan hasil pendataan termutakhir sepanjang 2023 ini.
“Sekarang kan record-nya baru sekitar tujuh ribuan,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya di UGM, Sleman, DIY, Jumat (20/10).
Titik panas merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan (karhutla) yang terdeteksi dari suatu lokasi, dengan suhu relatif tinggi dibandingkan dengan suhu di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat data itu, Siti pun mengaku heran dengan kondisi buruknya kualitas udara hingga banyaknya kejadian kabut asap sekarang ini yang dipicu kejadian karhutla.
Sementara, lanjutnya, dibandingkan 2015 lalu, jumlah titik panas di Indonesia sekarang ini masih kalah jauh. Delapan tahun lalu, menurut dia, rekornya menembus 70 ribuan titik panas.
“Tapi memang saya juga enggak mengerti ya, kenapa seperti ini. Sebab kalau dilihat dari suhunya 2015 rasanya lebih panas,” katanya.
“Terus 2019 kan panas juga, itu kira-kira 21 ribu (titik panas). Jadi sebetulnya kalau sekarang sih harusnya (karhutla dan kabut asap) lebih terkendali. Tapi, yang aneh juga ada, kebakarannya di tepi-tepi jalan tuh, terus kenapa coba. Nah gitu kira-kira,” sambung Siti.
Secara garis besar, kata Siti, pemerintah telah berupaya mengatasi karhutla yang memicu kabut asap atau memburuknya kualitas udara.
Berbagai cara sudah dilakukan lewat cara teknik modifikasi cuaca, pemadaman darat, hingga water bombing. Walaupun demikian, Siti mengaku hasil dari upaya-upaya itu masih fluktuatif keberhasilannya.
“Memang fluktuatif, turun-naik, turun-naik,” kata Siti.
Di satu sisi, kata dia, KLHK telah meminta BMKG untuk menganalisa komponen udara yang mungkin dipengaruhi polusi sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), dan lain sebagainya.
Selain itu juga mendalami keterkaitannya dengan kejadian karhutla yang memunculkan tudingan adanya kabut asap lintas batas atau transboundary haze pollution dari negara tetangga.
Dari Kementerian LHK sendiri melalui Ditjen Gakkum melakukan penertiban terhadap sejumlah perusahaan yang membuka lahan dengan cara membakar.
Adapun menurut Siti, kejadian kabut asap dan pemburukan kualitas udara sekarang ini paling banyak melanda wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
(kum/kid)
[Gambas:Video CNN]