Naypyidaw –
Dalam proses memindahkan ibu kota Myanmar dari Yangon ke Naypyidaw, terjadi sejumlah hal ganjil. Salah satunya ketika pemerintah hendak memindahkan makam di Naypyidaw.
Ide pemindahan makam di Tatkon, Naypyidaw ini bermula dari keinginan pemerintah membangun ibu kota baru. Lahan makam itu hendak dibangun biara hingga pengadilan negeri baru.
Kapten Aung Khant yang kala itu memimpin proyek pembangunan ibu kota baru, menceritakan proses tak mudah untuk merelokasi makam. Dalam berita yang dimuat BBC pada 2019, dijelaskan bahwa pemindahan makam sebenarnya merupakan hal kontroversial di Myanmar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini karena keluarga orang yang meninggal tidak sepenuhnya menerima jasad kerabat mereka. Selain itu, ada alasan tak kasat mata yang membuat pemindaham makam dapat menimbulkan bahaya.
Peneliti religi Burma (sebutan lama untuk Myanmar), Benedict Brac de La Perriere menjelaskan bahwa Tatkon adalah tempat penguburan jasad tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.
Dalam kepercayaan Myanmar, mereka yang meninggal dengan cara menderita akan menciptakan residu spiritual yang tidak bisa dilepaskan seluruhnya oleh proses pemakaman.
Dengan demikian, pemindahan pemakaman di Tatkon adalah urusan berisiko.
“Kami takut dengan hantu-hantu. Jika mereka tidak mau pindah, mereka akan marah. Mereka adalah bahaya bagi warga kota,” kata sang kapten.
Kapten Aung Khant lantas menuturkan bagaimana dia dan seluruh anak buahnya memindahkan sisa-sisa jasad manusia ke kuburan baru di luar batas Naypyidaw.
Setelah melalui segala proses pemindahan, rupanya urusan mereka tak langsung rampung. Kapten Aung Khant mengatakan, mereka sempat mendapatkan teror dari hantu-hantu di Tatkon.
Pada malam hari ketika pemindahan selesai, asisten kapten bermimpi didatangi tiga hantu yang berkata mereka telah ditinggalkan.
Keesokan harinya sang kapten kembali ke pemakaman dan menemukan tiga kuburan di semak-semak.
Menurutnya, satu hantu menolak pindah dan malah menetap di mobil asistennya sehingga menimbulkan kekacauan.
Mesin sejumlah buldoser yang terlibat proyek konstruksi tiba-tiba mati. Kemudian kucing di hunian sementara Komite Pembangunan Naypyidaw mati mendadak.
Malam harinya, asisten kapten didorong dari tempat tidurnya oleh tangan yang tak terlihat.
Situasi baru terkendali ketika sang kapten memanggil seorang biksu untuk mendaraskan bacaan dalam agama Buddha. Biksu yang disebut natsaya ini menjelaskan, dia menjalin komunikasi dengan para hantu dan memberikan semacam kompensasi untuk mereka yang tewas secara mengenaskan.
Simak Video “Jokowi: Krisis Bisa Diselesaikan Jika Ada Kemauan Politik di Myanmar”
[Gambas:Video 20detik]
(pin/wsw)