Jakarta, CNN Indonesia —
Pantau Gambut mencatat jumlah titik api selama dua pekan pertama September melampaui total titik api atau titik panas (hotspot) pada Agustus lalu.
Campaigner Pantau Gambut Abil Salsabila menyebut pihaknya mencatat ada 15.302 titik panas di area Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) sejak tanggal 1-12 September 2023 melalui citra satelit.
Padahal, kata dia, bulan Agustus terdapat 14.437 titik panas. Jumlah di bulan Agustus sendiri sudah mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat dibandingkan bulan Juli yakni 3.309 titik panas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Belum genap dua minggu, sebaran titik api di bulan September telah melampaui jumlah di sepanjang bulan Agustus,” kata Abil dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/9).
Titik panas merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan (karhutla) yang terdeteksi dari suatu lokasi, dengan suhu relatif tinggi dibandingkan dengan suhu di sekitarnya.
Pantau Gambut mencatat KHG di Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan Papua Selatan menjadi empat provinsi yang terlihat mendominasi persebaran titik panas.
Abil menyebut jika melihat tren, bulan September dan Oktober kerap menjadi puncak jumlah titik panas setiap tahunnya. Oleh sebab itu, kata dia, langkah mitigasi harus segera disiapkan secara serius.
“Tren kenaikan jumlah titik panas yang sering terjadi di bulan September harus menjadi peringatan nyata bagi pemerintah untuk melakukan mitigasi jangka panjang,” ujarnya.
Menurutnya, penting untuk melihat pola peningkatan karhutla yang tidak berubah tiap tahunnya menjadi indikasi tidak tepatnya prioritas kebijakan yang hanya berfokus pada upaya tanggap darurat dan kasuistik dibandingkan mitigasi jangka panjang.
“Mitigasi jangka panjang itu seperti memastikan kepatuhan konsesi terhadap perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut (due diligence),” tuturnya.
Di sisi lain, dia juga menilai penegakan hukum pada perusahaan yang membuka lahan dengan cara bakar juga menjadi masalah lain yang tidak kunjung dianggap serius oleh pemerintah.
Mengutip dari laman BMKG, per Senin (18/9) pukul 00.16 WIB, di Indonesia tercatat sebaran titk panas atau hotspot ada 220. Dari jumlah itu terbanyak ada di NTT dan Sumatra yakni 72 dan 63.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI Letjen TNI Suharyanto menyatkan pemerintah selalu berusaha sepanjang musim kemarau agar kejadian karhutla di Indonesia dapat terkendali.
Ia menjelaskan strategi jangka waktu dalam penangan karhutla, dengan cara terus membasahi lahan-lahan, dan juga apabila terjadi kebakaran itu langsung dipadamkan dan memastikan agar api tidak muncul lagi.
Kemudian, Dinas Kesehatan menyiapkan posko apabila asap dari karhutla sudah berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
“Berdasarkan dari tinjauan dilakukan lahan yang digarap oleh masyarakat cenderung aman dari kebakaran, akan tetapi lahan yang terbengkalai ini rawan. Maka dari itu hal tersebut akan saya sampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebersihan (KLHK), dan menentukan strategi jangka panjang penanganan karhutla,” ujar Suharyanto di Palembang, Selasa (12/9) seperti dikutip dari Antara.
(kid/kid)
[Gambas:Video CNN]