Jakarta –
Gunung Kawi kerap diidentikkan dengan praktik pesugihan. Gunung itu ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah hingga berpotensi menjadi destinasi wisata magis.
Gunung Kawi menjadi viral setelah sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya melakukan penelitian mengenai praktik pesugihan di sana. Penelitian ini dilakukan Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Cahyani, Anggi Zahwa Romadhoni, dan Andini Laily Putri dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Di bawah bimbingan sang dosen yakni Destyana Ellingga Pratiwi, SP, MP, MBA, penelitian yang mereka lakukan bertujuan untuk mencari tahu keterkaitan antara praktik mistisme di Gunung Kawi, dengan gangguan mental yakni skizofrenia psikosis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, selain kerap didatangi untuk pesugihan, Gunung Kawi juga menjadi lokasi dilakukannya berbagai ritual yang berbasis tradisi. Salah satu lokasi yang populer di Gunung Kawi adalah Desa Wonosari yang berada di kaki Gunung Kawi.
detikcom pernah menulis mengenai pengalaman Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kemenkumham Widodo Ekatjahjana yang berkunjung ke Desa Wonosari pada Maret 2023. Saat itu, dia merasa merinding juga datang ke lokasi yang disebut mistis ini.
“Ini pertama kali seumur-umur saya menginjak tanah mistis Gunung Kawi yang konon dari cerita orang-orang, ini tempat melakukan ritual sesembahan, dan sembahyang untuk memdapatkan pesugihan (tuyul) dengan membuat perjanjian khusus. Bulu kudukku mulai merinding, tetapi sesaat kemudian mulai mereda ketika Pak Suwadji (Kepala Dinas Pendidikan/mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa) mengajak untuk shalat maghrib di Masjid Agung di dalam komplek Gunung Kawi tersebut,” ungkap Widodo.
Setelah salat di masjid, Widodo juga sempat pergi klenteng yang ada di Gunung Kawi. Rupanya, di sana berdiri berbagai tempat ibadah untuk umat.
“Sebenarnya Gunung Kawi yang berada di wilayah Desa Wonosari ini sejak 24 Maret 2002 telah dicanangkan sebagai Desa Wisata Religi oleh Sujud Pribadi, Bupati Malang kala itu,” tutur Widodo.
Widodo mengatakan, itu sebabnya kehadiran BPHN di Gunung Kawi tersebut sangat strategis. Rupanya sistem nilai, tradisi dan ritual serta sistem keyakinan magis religi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Gunung Kawi dan sekitarnya.
Bukan saja secara sosio-kultural ikut membentuk kesadaran atau kepatuhan hukum masyarakat di sana, tetapi juga ikut menjaga kehidupan sosio-kultural masyarakat Gunung Kawi yang damai, toleran, dan harmoni meskipun warganya.
Selain itu, pengunjung yang datang memiliki latar belakang etnis, agama, kepercayaan dan budaya yang berbeda-beda.
“Ketika saya memasuki bangunan pemakaman Eyang Jugo di komplek Gunung Kawi itu saya melihat simbol Garuda Pancasila terpasang di dalamnya. Saya semakin yakin, nilai-nilai Pancasila yang dimanifestasikan dalam sistem sosial budaya dan kemasyarakatan Gunung Kawi dan sekitarnya itulah yang telah menjadikan kehidupan sosial di wilayah Desa Wonoasri ini damai, harmoni, guyub, rukun dan gotong royong,” ucapnya.
“Kesadaran hukum masyarakat Gunung Kawi dan sekitarnya bukan bersumber dari regulasi dan hukum negara, juga bukan bersumber dari aparat penegak hukum yang ada, akan tetapi tumbuh dan berkembang dari sistem nilai, tradisi dan sistem keyakinan magis religi nya yang hidup dalam masyarakatnya,” sambungnya.
Widodo melihat potensi yang sangat luar biasa di balik mitos dan tradisi ritual pesugihan Gunung Kawi yang telah menjadi sistem keyakinan dan kepercayaan religi masyarakatnya.
Ini modal dasar sosial dan budaya yg sangat strategis bagi Pemerintah Kabupaten Malang untuk menjadikan Desa Wonosari dengan Gunung Kawinya untuk dikembangkan menjadi Desa Sadar Hukum yang berbasis Desa Wisata Religi.
“Dan inilah yang semestinya yang menjadi icon dan bahkan landmark Wisata Magis Religi Kabupaten Malang untuk menggaet wisatawan dari berbagai manca negara,” ujarnya.
Hal itu belajar dari destinasi-destinasi wisata yang memiliki karakter magis religi seperti Bali dengan pura dan tempat peribadatan yang ada.
Borobudur dan Prambanan dengan tempat peribadatannya juga. Serta di luar negeri seperti di Bangkok dengan kuilnya, di Hagia Sofia, Fatima di Portugal yang telah menjadi tempat wisata ziarah dan peribadatan dan banyak lagi destinasi lainnya di berbagai belahan dunia.
“Jadi, Kabupaten Malang sebenarnya punya ruang yang luas untuk menjadikan Gunung Kawi yang sudah sangat kental dan sangat terkenal sekali dengan mitos dan tradisi ritual pesugihannya itu. Biarlah Kota Batu saja yang me-lead konsep wisata alam dan artificialnya, sedangkan Kabupaten Malang me-lead wisata magis religinya,” kata dia.
“Jadikan Gunung Kawi sebagai ikonik kawasan wisata magis religius milik Kabupaten Malang yang berkelas destinasi wisata religi dunia. Dan BPHN Kemenkumham bersama K/L lain siap untuk mengawal dengan program pembinaan hukum dan Pancasilanya,” Widodo menambahkan.
Simak Video “Lalu Lintas di Kota Batu Malang Landai Saat Idul Fitri”
[Gambas:Video 20detik]
(pin/pin)