Bandung –

Bayangan museum yang kuno dan membosankan tak tampak di Museum Gedung Sate. Tempat ini disukai anak muda yang ingin belajar sejarah dengan menyenangkan.

Jarang diketahui, Gedung Sate di Bandung rupanya memiliki museum yang terletak di lantai dasarnya. Gedung ini memang lebih dikenal berfungsi sebagai kantor gubernur Jawa Barat, tetapi di sana juga ada spot wisata edukasi yang dapat dinikmati masyarakat umum.

Museum Gedung Sate sebenarnya sudah dibuka sejak tahun 2017. Museum ini menyimpan penjelasan mengenai sejarah Kota Bandung hingga pembangunan Gedung Sate.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Museum ini memang tidak besar tetapi informasi yang diberikan sangat banyak dan didesain dengan rapi. Selain itu, berbagai teknologi juga diterapkan di sana seperti virtual reality, interactive glass, augmented reality, interactive floor, hingga pemutaran film di auditorium.

Ketika detikTravel berkunjung ke museum itu pada Sabtu (2/9/2023), museum tampak ramai dikunjungi orang tua bersama anak-anak mereka. Ada juga anak-anak muda usia SMA yang datang ke sana.

Museum Gedung Sate. Foto: Putu Intan/detikcom

Salah satu pengunjung yang sempat detikTravel wawancarai adalah Nadia. Siswi kelas XI SMA Bina Muda Cicalengka ini datang ke museum bersama teman-teman sekolahnya dengan didampingi gurunya.

Nadia menjelaskan, tujuan awalnya datang ke Museum Gedung Sate untuk menuntaskan tantangan literasi dari Gerakan Literasi Nusantara (GLN) Garilis Jawa Barat. Bersama gurunya, mereka diminta untuk memahami sejarah yang tersimpan di Museum Gedung Sate lalu dilaporkan.

Museum Gedung Sate. Foto: Putu Intan/detikcom

Namun, setelah berkeliling Museum Gedung Sate, Nadia mengaku mendapatkan pengalaman berkesan. Museum ini tidak hanya menyimpan barang bersejarah dan penjelasan yang didominasi tulisan tetapi juga menggunakan media yang mempermudah pemahaman.

“Fasilitas favorit di sini yang nonton film. Karena kalau misalnya cuma pajangan-pajangan, aku harus baca dan memahami sendiri. Kalau di studio tadi, sejarah Gedung Sate sudah terangkum dalam film berdurasi 8 menit,” ujarnya.

Museum Gedung Sate. Foto: Putu Intan/detikcom

Penggunaan teknologi di museum ini juga diapresiasi guru pendamping Nadia, Rani Pardini. Menurut guru matematika itu, penggunaan teknologi akan membuat anak-anak tidak cepat bosan selama berada di museum.

“Menurut saya asyik, ya. Ada teknologi juga yang diterapkan di sini, termasuk ruangan baru yang augmented reality,” ujarnya.

Sebagai bagian dari generasi Z, Nadia merasa sangat terbantu dengan adanya kunjungan ke museum. Menurutnya, bila hanya mempelajari sejarah dari buku dan pengajaran di sekolah tanpa melihat langsung peninggalan sejarahnya, hal itu akan sia-sia.

“Kita di sekolah memang diajarkan sejarah. Misalnya mengenai Gedung Sate, itu juga pasti diajarkan di sekolah. Kita sudah tahu teorinya tapi kalau kita belum melihat visualnya, belum melihat real-nya, apakah kita bisa mengimplementasikan hal tersebut? Jadi menurut aku penting untuk bisa memahami situasi di lapangan, tidak hanya sekadar teori,” katanya.

Simak Video “Dosen Arkeologi soal SDM Museum di Indonesia: Saatnya Ganti Generasi”
[Gambas:Video 20detik]
(pin/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *