Jakarta –
Desa Ketapanrame dipilih sebagai Desa Wisata Terbaik tahun 2023, tak salah memang, karena mereka pun berhasil mendapatkan Rp 3,5 miliar per tahun dari wisata.
Desa Ketapanrame berada di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Desa ini berada di kaki Gunung Welirang.
Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin mengatakan pembangunan pariwisata di desanya sejak 2017. Kini, berbagai objek wisata di desa ini dikelola BUMDes Mutiara Welirang. Wisatanya mulai dari wisata alam Air Terjung Dlundung, Sumber Gempong, kebun kopi, dan wisata petualangan jelajah hutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wisata buatan terdiri dari Taman Ghanjaran dan Taman Kelinci. Wisata budaya meliputi Tari Mayang Rontek dan Bedoyo Putri Mojosakti, serta kesenian bantengan, pencak silat, tari jaranan, barong, dan ganongan. Hingga wisata edukasi terdiri dari tanam padi di Sumber Gempong, wisata petik Jeruk Nagami, wisata petik Kopi Banggoel, produksi jamu, kerupuk samiler, tape, getuk, dan onde-onde.
Destinasi wisata yang beragam tak ayal mengantarkan Ketapanrame menjadi desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang digelar Kemenparekraf. Hal itu tak salah memang, karena pendapatan desa ini dari pariwisata saja sangat menggiurkan, yakni mencapai Rp 3,5 miliar pada tahun 2022.
“Pendapatan itu dari tiket masuk wisata, tiket wahana, dan sewa kios atau stan. Laba bersih BUMDes Mutiara Welirang sekitar Rp 2,4 miliar. Target tahun ini laba bersih dari sektor pariwisata kami Rp 3,5 miliar,” terangnya kepada detikJatim, Senin (4/8/2023).
Zainul menjelaskan 20 persen dari laba bersih BUMDes Mutiara Welirang masuk pendapatan asli desa (PADes) Ketapanrame. Pendapatan yang menggiurkan seiring tingginya kunjungan wisatawan. Sebagai contoh wisata Sumber Gempong dikunjungi 60-70 ribu wisatawan per bulan. Sedangkan, Air Terjun Dlundung mencapai 25-30 ribu wisatawan per bulan.
“Taman Ghanjaran juga selalu ramai pengunjung. Namun, kami tidak bisa mengkalkulasi karena masuknya gratis tanpa tiket,” jelas kepala desa yang menjabat 3 periode sejak 2007 sampai 2025 ini.
Bisnis pariwisata yang berkembang pesat di Desa Ketapanrame, lanjut Zainul, otomatis mendongkrak perekonomian penduduknya. Baik masyarakat yang terlibat sebagai mitra pariwisata maupun yang tidak. Saat ini, 900 dari 1.800 rumah tangga di desanya berkecimpung di pariwisata.
Dengan rincian 533 rumah tangga menyumbangkan dana untuk modal BUMDes Mutiara Welirang, 100 rumah tangga lebih menjadi petugas parkir, sekitar 150 rumah tangga menjadi pedagang, 50 rumah tangga menjadi pegawai dan pengelola, serta 30 rumah tangga pemilik lahan untuk objek wisata.
Selain tetap bisa menanam, para pemilik lahan juga mendapat bagi hasil 10 persen dari tiket masuk wisata. Menurut Zainul, rata-rata setiap pemilik lahan menerima tambahan penghasilan Rp 1 juta per bulan.
Belum lagi para pedagang yang kini laba bersihnya Rp 3-4 juta per bulan. Pendapatan setiap petugas parkir Rp 75-150 ribu per hari. Sedangkan pegawai di objek wisata digaji Rp 1,5-2,5 juta per bulan.
“Dampak dari wisata hampir semuanya merasakan. Yang tidak menjadi mitra pariwisata mendapatkan manfaat dari dana sosial untuk pembangunan masjid, musala, TPQ, rumah layak huni, penunjang kesehatan masyarakat misalnya ambulans untuk mengantar warga yang sakit,” ungkapnya.
Manisnya bisnis pariwisata Desa Ketapanrame juga dirasakan warga desa lainnya di Kecamatan Trawas. Mereka membuka warung kopi, toko oleh-oleh, kafe, angkringan hingga rumah makan di sepanjang jalur wisata. Pesatnya kemajuan desa wisata ini tentunya menginspirasi semua desa di Indonesia.
_________
Baca artikel selengkapnya di detikJatim
Simak Video “Truk Tangki Tabrak Peserta Karnaval di Mojokerto, 3 Orang Tewas”
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/wkn)