Shikoku –
Desa yang dipenuhi boneka di Jepang ini memiliki nuansa yang sangat seram. Boneka-boneka itu untuk menggantikan orang yang sudah mati.
Boneka-boneka itu bukan boneka mainan. Tetapi, boneka itu merepresentasikan penduduk desa yang sudah meninggal dunia. Selain menjadi boneka, warga yang sudah meninggal juga diganti dengan orang-orangan sawah.
Melansir Daily Star, Sabtu (21/10/2023) desa tersebut bernama desa Nagoro. Lokasinya berada di Lembah Iya, Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang. Menurut TravelLocal, desa itu disinyalir sebagai salah satu destinasi paling berhantu untuk dikunjungi saat Halloween.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Apakah Anda penggemar horor atau bukan, destinasi-destinasi ini memiliki cerita dan legenda yang sangat menarik di baliknya, yang tentunya layak untuk dijelajahi jika Anda mengunjungi negara ini,” kata co-Founder Travel Local, Huw Owen.
“Apa yang kita anggap sebagai roh ‘jahat’ juga ditafsirkan dengan sangat berbeda di seluruh dunia dalam budaya yang berbeda. Meski begitu, ada banyak aktivitas ‘menakutkan’ yang kurang dikenal yang bisa Anda lakukan juga, sepanjang tahun,” dia menambahkan.
Kini, Desa Nagaro itu seolah memiliki banyak penduduk, tetapi merupakan boneka-boneka yang ditempatkan di semua sudut desa. Boneka-boneka itu ‘bekerja’ di ladang, ‘duduk’ di meja sekolah, atau ‘berjalan-jalan’ di toko. Boneka-boneka itu juga berkumpul di halte bus atau duduk di beranda depan rumah. Beberapa boneka menari bersama di sebuah pesta sedangkan para pekerja mengenakan topi dan beristirahat di luar rumah.
Desa Nagaro memiliki 350 model boneka seukuran manusia asli. Jumlah itu 10 kali lipat jumlah penduduk yang tinggal di desa ini, yakni sekitar 30 orang, berdasar perhitungan pada 2019.
Tsukimi Ayano, sang pembuat boneka, akhirnya memutuskan untuk mengisi ruang kosong dengan boneka-boneka tersebut. Walau begitu, desain boneka itu awalnya tak dibuat menakutkan.
Dibuat agar Warga Desa Tidak Kesepian
Boneka tersebut dikenal sebagai ‘Kakashi’ atau orang-orangan sawah dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan orang-orangan sawah umumnya yang berguna untuk mengusir burung, boneka ini hadir untuk membantu memerangi kesepian.
Desa boneka Nagoro (Instagram)
Sang pembuat boneka Tsukimi lahir di Nagoro, kemudian sempat merantau, dan akhirnya kembali pada 2002 ke desa ini. Setelah pulang kampung, ia mendapati bahwa sebagian besar penduduk telah pergi untuk bekerja di kota dan jumlah penduduk terus berkurang karena penduduk yang lebih tua meninggal dunia. Karena itulah ia mengisi kembali desa tersebut dengan boneka-boneka bikinannya.
Setiap musim gugur, desa ini menyelenggarakan Festival Orang-orangan Sawah lengkap dengan kompetisi foto. Pemenangnya akan mendapatkan orang-orangan sawah. Selain itu, diadakan pula lokakarya pembuatan orang-orangan sawah.
Meskipun begitu, desa ini tidak pernah bermaksud untuk menjadi daya tarik wisata. Tetapi, kini justru banyak turis internasional yang datang ke desa yang terpencil ini setiap tahunnya.
Desa ini pun telah tampil di TV, termasuk film dokumenter Valley of the Dolls pada 2014, serta muncul dalam sebuah episode serial perjalanan James May, Our Man in Japan.
Simak Video “Kehadiran WNA Bantu Menutupi Krisis Populasi di Jepang”
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/fem)