Jakarta –
Komunitas Sumeneptempodulu beserta Madura Heritage menggelar forum santai. Forum ini bertajuk Ngobrolin Sejarah Madura: Menelisik Jejak Benteng VOC di Madura.
Forum digelar secara online pada Jumat (22/9/2023). Pada kesempatan itu, pembicara dari Komunitas Sumeneptempodulu Faiq Nur Fikri serta pegiat sejarah Bungkalan Rizki Taufan, mengutarakan sejarah mengenai mengapa sejak dulu Belanda masyhur dengan strategi pertahanannya.
Salah satu bukti kuat atas itu adalah berdirinya benteng-benteng di setiap wilayah yang telah diduduki oleh Belanda. Di bumi Nusantara khususnya Pulau Jawa, keberadaan benteng-benteng terbukti mampu menangkal serangan musuh. Baik dari pihak kesultanan maupun penjajah lain yang ingin menduduki daerah Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Belanda mulai mencari lokasi-lokasi strategis untuk melakukan ekspansi serta pembangunan benteng. Termasuk di Pulau Madura.
Wilayah Madura penting bagi VOC. Madura merupakan pintu masuk kegiatan pelayaran dan perdagangan dari sebelah timur ke Pulau Jawa. Begitu pula sebaliknya.
Di Pulau Madura, Belanda membangun dua benteng di Bangkalan dan Sumenep. Pembangunan benteng itu dilakukan karena pada masa VOC dan kolonial, daerah Madura sedang menghadapi perebutan wilayah. Baik secara militer maupun politik oleh antara penguasa Jawa dengan penguasa Madura.
“Bagi VOC suatu keamanan di Pulau Jawa tidak akan terjamin apabila masih ada kekuatan (di luar VOC) di Madura. Maka dari itu VOC mengantisipasi dengan berusaha penuh mendirikan benteng. Benteng-benteng ini dibangun untuk mengamankan laju perdagangan dan baru terealisasi di tahun 1760 di Bangkalan,” papar Rizki.
Sementara pembangunan benteng di Sumenep bukan hanya sebagai dinding pertahanan. Melainkan juga sebagai kantor perdagangan VOC.
Madura pada zaman kolonial memiliki sektor komoditas berupa kacang hijau dan minyak kelapa. Belanda ingin milikinya. Itu dibuktikan dengan adanya naskah perjanjian antara Bupati Sumenep, Sumengung Tirtanegara kepada pihak kolonial.
“Di akhir abad ke-19, dari hasil kontrak perjanjian Sumenep di tahun 1751, salah satu pasal menyebutkan bahwa Bupati Sumenep Sumengung Tirtanegara akan menyumbangkan kepada VOC beberapa komoditas. Yaitu kacang hijau, minyak kelapa dan benang katun,” ucap Faiq.
Kini, benteng yang berada di Bangkalan dan Sumenep beralih fungsi menjadi rumah warga, tempat pedagang asongan hingga kandang sapi. Hal memprihatinkan ini dibenarkan oleh sang moderator forum, Umar Faruk dari Komunitas Madura Heritage.
“Seperti yang kita ketahui keadaan benteng bersejarah di Madura sekarang ini cukup memprihatinkan, untuk bisa dialihfungsikan sebagai museum ataupun cagar budaya,” terang Umar.
Di tahun 2004, pemerintah setempat sudah membuat konsep revitalisasi benteng yang berada di Madura. Khususnya benteng di Bangkalan.
Hanya saja, sampai detik ini belum ada pergerakan dari pemerintah untuk merealisasikan konsep revitalisasi benteng Bangkalan, untuk menjadi museum maupun cagar budaya.
Sementara benteng yang berada di Sumenep sudah dipatenkan menjadi cagar budaya. Namun belum ada perkembangan lebih lanjut kepada siapa pengelolaan akan diserahkan.
“Ini masih menjadi pertanyaan nasib benteng-benteng yang berada di Madura akan seperti apa ke depannya. Problem utama masih berada di bagian administrasi, status tanah, dan sebagai lainnya. Menjadi PR penting pemerintah dan masyarakat Madura,” tutup Umar.
Artikel ini telah tayang di detikJatim.
Simak Video “Gurih Pedas Bebek Madura Ibu Lala, Berani Coba?”
[Gambas:Video 20detik]
(sym/sym)